Jakarta, Ilmu kedokteran berkembang begitu pesat selama beberapa tahun terakhir. Salah satunya terlihat dari penanganan penyakit kanker. Jika dibandingkan dengan sekarang, dulu kanker identik dengan vonis mati. Bahkan jika pasien memiliki kanker payudara, dokter akan langsung mengangkat payudaranya.
"Dulu ketika saya masih di sekolah kedokteran, apa yang mereka katakan pada pasien kanker? Ini bisa saja kanker bisa saja tidak. Pasien dibawa ke ruang operasi. Kalau bangun dan meraba-raba payudara masih pada tempatnya, maka artinya itu bukan kanker. Jika payudara hilang, artinya itu kanker," terang dr Ang Peng Tiam kepada detikHealth seperti ditulis pada Minggu (7/4/2013).
Hal itu dikemukakan dr Ang dalam bincang-bincang di Seafood Terrace, Level 5, Grand Hyatt Jakarta, Jl MH Thamrin, Jakarta. Dr Ang merupakan dokter spesialis kanker terkemuka di Singapura, sekaligus menjabat sebagai Medical Director and Senior Consultant, Medical Oncology di Parkway Cancer Centre, Singapura.
Dr Ang menjelaskan bahwa prosedur asal pangkas tersebut pernah terjadi di tahun 1990-an awal. Namun kini, pasien bisa ditawarkan apakah ingin menjalani pengangkatan payudara (masektomi) atau mencoba pengobatan lain untuk mengontrol penyakitnya. Dengan kata lain, pasien bisa merecanakan pengobatannya sendiri.
"Sekarang hanya dengan memasukkan jarum, kita punya kemungkinan 95% tahu apakah itu kanker atau tidak. Dengan menggunakan mammotom, kita bisa tahu ini kanker atau bukan. Jadi dengan kata lain, pasien berkesempatan mendapat diagnosa kanker sebelum menjalani operasi," terang dr Ang.
Prosedur yang sama juga bisa dilakukan untuk jenis kanker lainnya, misalnya untuk memeriksa kanker limfa. Saat melakukan operasi, dokter pertama kali menyuntik cairan sehingga mengalir ke limfa. Sampel jaringan dari limfa lalu diambil dan diperlihatkan kepada patologis untuk menentukan apakah benar kanker atau tidak.
Jika tidak ada kanker, maka operasi pembedahan tidak perlu dilakukan lagi. Selain itu, pemeriksaan menyeluruh juga masih perlu dilakukan. Sayangnya, tidak semua rumah sakit mau menyediakan patologis yang bisa menunggui setiap prosedur. Padahal jika tidak ada patologis di sana, dokter bisa berbuat kesalahan dan melakukan operasi yang sebenarnya tidak perlu.
"Jadi itulah sebabnya penanganan kanker harus menyeluruh," terang dr Ang.
http://health.detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar