Para ahli
mengatakan, sebagian besar lelaki pernah melakukan masturbasi, entah
untuk mengurangi stres, membantu tidur nyenyak, dan lain sebagainya.
Meskipun
begitu, ada hal-hal medis yang mungkin belum pernah diketahui tentang
masturbasi. Inilah 5 hal penting tentang masturbasi yang perlu diketahui
para pria:
1. Tak ada istilah "masturbasi abnormal"
Pria
kerap kali bertanya apakah ada sesuatu yang abnormal dengan cara mereka
masturbasi. Para ahli sendiri enggan mendefinisikannya dalam kata
"normal" atau "abnormal", tetapi mereka menyatakan bahwa pria
melakukannya dengan frekuensi dan teknik yang sangat bervariasi.
"Sebagai
manusia, kita terlalu beragam untuk menerapkan sebuah norma tertentu
mengenai masturbasi yang normal atau tidak," kata Betty Dodson, PhD,
seksolog dari New York sekaligus penulis buku Sex for One.
"Setiap
orang melakukan masturbasi dengan caranya sendiri. Apakah ia
menggunakan tangannya, menggosokkan pada sesuatu, menggunakan mainan
seks atau obyek rumah tangga, mengenakan pakaian khusus, berfantasi,
melihat sebuah buku atau majalah, mencoba posisi yang berbeda, atau
melihat dari cermin," kata Martha Cornog, penulis The Big Book of
Masturbation.
2. Masturbasi tak sepenuhnya aman.
Tidak
seperti seks dengan pasangan, masturbasi tidak menularkan penyakit
seksual. Anda juga tidak akan mengalami ketegangan otot, kantung mata
akibat kelelahan, dan rasa canggung yang sering dihadapi ketika
berhubungan intim dengan pasangan.
Namun,
masturbasi pun tak sepenuhnya dijamin aman. "Masturbasi hanyalah
aktivitas seks paling aman yang pernah ada. Tapi, hukum fisika dan
biologi tidak akan berhenti mengatakan bahwa masturbasi aman hanya
karena masturbasi biasa dilakukan," kata Cornog.
Rata-rata
pria mengetahui, apabila mereka keseringan melakukan masturbasi atau
terlalu kuat saat melakukannya, maka hal itu dapat mengiritasi kulit
penis. Di sisi lain, pria kurang mengetahui bahwa kebiasaan melakukan
onani dengan keadaan telungkup, misalnya dengan menekan pada bantal atau
bahkan karpet lantai, bisa melukai uretra. Oleh sebab itu, pengeluaran
urine dari penis tidak seperti biasanya, tetapi menyemprot dengan keras
sehingga sulit dikendalikan.
Barbara
Bartlik, MD, psikiater dan terapis seks di New York, mengatakan, dia
melihat pria yang menderita trauma uretra yang parah karena masturbasi
dengan cara telungkup sehingga ia tidak lagi dapat menggunakan toilet
berdiri tapi harus buang air kecil sambil duduk.
Dalam
kasus tertentu yang sangat langka, masturbasi atau berhubungan seks
dengan pasangan juga dapat menyebabkan fraktur penis. Kondisi yang
menyakitkan ini terjadi karena sobekan di bagian albuginea tunika
(jaringan putih yang mengelilingi lapisan spons penis) akibat penis yang
sedang ereksi mengenai benda keras atau dipaksa menekuk ke bawah. Dalam
keadaan darurat, hal ini sering kali berakhir dalam kondisi harus
dioperasi.
3. Seks sendiri mengubah kehidupan seks Anda atau sebaliknya.
Untuk
berbagai alasan, seks kala sendiri dapat memberi manfaat. Masturbasi
dapat membantu mengenali respons seksual Anda sendiri—apa yang dirasakan
baik bagi Anda dan apa yang tidak—sehingga Anda akan lebih mampu
menjelaskan kepada pasangan mengenai sentuhan yang tepat.
Ini
juga membantu Anda belajar untuk mengenali saat "yang tak bisa
dihindari" tepat sebelum orgasme dan membantu mengajari pasangan
bagaimana menghindari ejakulasi dini.
Mungkin
yang paling signifikan, masturbasi adalah mekanisme atau solusi terbaik
bagi pria yang tidak dapat melakukan hubungan seks sementara di saat
pasangannya sakit, atau sedang menstruasi, atau memeliki dorongan seks
yang tak sesuai dengan dirinya sendiri.
Bagi
sebagian pria, "seks solo" dapat menjadi sebuah obsesi sehingga mereka
mulai kehilangan gairah bercinta dengan pasangan mereka. Perasaan sakit
hati dan keterasingan pasangan akibat obsesi "seks solo" akan membuat
Anda sulit mempertahankan hubungan.
Para
ahli menekankan, masturbasi sah-sah saja bahkan untuk para pria yang
sudah berkomitmen. "Kita tidak dapat berasumsi bahwa hanya karena
seorang pria masturbasi, maka itu akan menuai masalah terhadap hubungan
primernya," kata Bartlik.
4. Beberapa teknik masturbasi memicu disfungsi seksual.
Para
ahli memperingatkan, pria yang sering merangsang dirinya dengan cara
yang tidak mensimulasikan seks dengan pasangan (misalnya, membelai
sangat cepat atau dengan tekanan besar atau gesekan) bisa mengidap
gangguan ejakulasi. Dengan disfungsi seks tersebut, seseorang akan
kesulitan atau bahkan tidak mungkin mencapai klimaks selama berhubungan
seks dengan pasangan.
"Siapa
pun yang mengalami disfungsi seksual harus bertanya kepada dirinya
sendiri apakah ia melakukan masturbasi dengan cara-cara yang menimbulkan
sensasi berbeda dari yang diperoleh dari tangan, mulut, atau vagina
pasangannya. Lalu ia harus memperhitungkan apa yang dapat merangsang
pasangan Anda dan mengubah cara masturbasi Anda untuk membuatnya seperti
yang diinginkan pasangan," kata Michael A Perelman, PhD, profesor
psikiatri dan urologi dari Weill Cornell Medical College di New York.
5. Masturbasi memengaruhi risiko kanker prostat
Sebuah
studi yang dilakukan di Australia tahun 2003 dan dipublikasikan BJU
International menyatakan, ejakulasi terkait dengan penurunan risiko
kanker prostat di kemudian hari.
Namun,
dalam studi tahun 2004 yang diterbitkan dalam The Journal of American
Medical Association, seorang peneliti melaporkan bahwa "frekuensi
ejakulasi tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker prostat."
Dalam kedua studi ini, frekuensi ejakulasi termasuk berhubungan seksual
dengan pasangan dan masturbasi.
Sementara
itu, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Januari lalu dalam BJU
International menunjukkan bahwa pria muda yang sering masturbasi
berisiko lebih tinggi mengidap kanker prostat. Namun, apabila pria lebih
tua sering masturbasi, hal itu akan menurunkan risiko kanker prostat.
Adapun berhubungan seksual dengan pasangan tidak menjadi faktor terhadap
risiko terkena kanker prostat.
sumber : dechacare.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar